Rabu, 6 November 2019

HUKUM KOTOR MALAH LEBIH KEJI DARI ZINA PERBUATAN MUTAAH,.



HUKUM ASAS PERNIKAHAN MUTAAH ADALAH DI BENARKAN,.,.,.
      SETELAH BERLALU ZAMAN RASULULLAH DAN PARA SAHABAT ,.,.
         DATANG ZAMAN TABIEN ,.,.
           ZAMAN PARA PENTAFSIR DI MANA ZAMAN QURAN DAN HADIS SOHEH KETIKA MANA PARA SAHABAT DAN NABI TELAH BERLALU HAMPIR RATUSAN TAHUN MAKA MULA PENEGAK AMALAN BIDAAH DAN PEJUANG PENGHAPUS AMALAN AMALAN YANG MANA BIDAAH TERUS BERLAKU DAN BERLUASA.,,.,. SEBAGAI MANA HUKUM ASAS PERNIKAHAN MUTAAH ,.,. SEBAGAI MANA PENJELASAN DI BAWAH,.,..
         NIKAH TAAH DI PERSETUJUI ULAMAK ALUL BAIT DAN ALHUL SUNAH .,,.
            DAN KESEPATAN DI BUAT BAHAWA HARAM BERMUTAAH ,..,
               DAN HARAM MENYATAKAN ZINA BAGI PEMUTAAH ,.,.,.

             PANDAGAN PARA PEMBANGKIT AHLI HADIS
           DAN PEJUANG MEMUSNAHKAN BIDAAH,.,.
         Nikah Mut’ah Lebih Keji & Kotor daripada Zina
 Berbagai kerusakan dunia dan agama yang ditimbulkan oleh perbuatan zina sebagaimana disebutkan di atas, juga ditimbulkan oleh nikah mut’ah yang diajarkan oleh Syiah Rafidhah. Bahkan, dalam beberapa hal, nikah mut’ah lebih keji dan kotor daripada zina. Mengapa demikian? Sebab, mut’ah adalah bid’ah yang dianggap sebagai ajaran agama Islam, padahal telah dihapus hukumnya (dimansukh). Adapun zina, setiap muslim, bahkan nonmuslim pun, mengakui bahwa itu adalah perbuatan keji, kotor, dan menjijikkan.

          Allah subhanahu wa ta’ala berfirman menjelaskan kedustaan orang yang mengada-ada dalam urusan agama, وَلَا تَقُولُواْ لِمَا تَصِفُ أَلۡسِنَتُكُمُ ٱلۡكَذِبَ هَٰذَا حَلَٰلٞ وَهَٰذَا حَرَامٞ لِّتَفۡتَرُواْ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَفۡتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ لَا يُفۡلِحُونَ ١١٦ Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, “Ini halal dan ini haram,” untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (an-Nahl: 116) Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman tentang kezaliman dan kejahatan mereka, وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ وَهُوَ يُدۡعَىٰٓ إِلَى ٱلۡإِسۡلَٰمِۚ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ٧ يُرِيدُونَ لِيُطۡفِ‍ُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٰهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٨ “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (ash-Shaff: 7—8) Di sisi lain, Syiah Rafidhah telah menjadikan imam-imam mereka sebagai rabb dan tandingan bagi Allah subhanahu wa ta’ala. Tentang kaum yang menjadikan pembesar mereka sebagai tandingan bagi-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ٱتَّخَذُوٓاْ أَحۡبَارَهُمۡ وَرُهۡبَٰنَهُمۡ أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِ “Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah….” (at-Taubah: 31) Oleh karena itulah, para imam kaum muslimin senantiasa memperingatkan umat dari bid’ah dan ahli bid’ah. Peringatan mereka terhadap bid’ah dan ahli bid’ah lebih keras daripada terhadap kemaksiatan dan pelakunya. Di antara para imam tersebut ialah al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah. Beliau berkata, “Bid’ah lebih disukai oleh Iblis daripada perbuatan maksiat. Sebab, kemaksiatan (masih diharapkan pelakunya) bertobat, sedangkan bid’ah (hampir tidak mungkin pelakunya) bertobat darinya.” Di antara mereka pula ialah Yunus bin Ubaid rahimahullah. Dia menasihati anaknya, “Aku melarangmu berzina, mencuri, dan meminum khamr. Sungguh, apabila engkau bertemu dengan Allah membawa dosa ini, lebih aku senangi daripada engkau bertemu dengan-Nya membawa bid’ah pemikiran Amr bin Ubaid dan para muridnya.” Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan, “Ahli bid’ah lebih keras azabnya daripada pelaku kemaksiatan. Sebab, bid’ah lebih jahat daripada maksiat. Bid’ah lebih disukai oleh setan daripada maksiat. Pelaku maksiat (ada harapan) untuk bertobat.

      Adapun ahli bid’ah, amat sedikit yang bertobat (dari bid’ahnya) karena dia merasa berada di atas kebenaran. Berbeda halnya dengan pelaku kemaksiatan, dia menyadari bahwa dirinya melakukan kemaksiatan. Adapun ahli bid’ah berkeyakinan bahwa yang dilakukannya adalah ketaatan. Dia meyakini dirinya di atas ketaatan. Oleh karena itu, bid’ah lebih jelek daripada maksiat. Karena itu pula, para ulama salaf (senantiasa) memperingatkan umat dari ahli bid’ah karena mereka akan mempengaruhi teman-teman duduknya untuk mengikuti bid’ahnya. Jadi, bahaya mereka lebih besar. Tidak ada keraguan lagi bahwa bid’ah lebih jelek/berbahaya daripada kemaksiatan. Bahaya ahli bid’ah lebih besar daripada bahaya pelaku kemaksiatan terhadap umat manusia.” (al-Ajwibah al-Mufidah hlm. 26) Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa melimpahkan hidayah taufik-Nya kepada kita dan kaum muslimin semuanya. Semoga Allah menyelamatkan kita dari berbagai bid’ah yang menyesatkan dari jalan-Nya yang lurus. Amin.
   
SEBAGAI MANA KITA YANG MENGIKUT IMAM MUHAMAD BIN ABD-WAHAB,.DAN BERPEGANG TEGUH ATAS AL-QURAN DAN HADIS HADIS SOHEH DAN MENGHAPUS SEGAL;A PERBUATAN DAN AMALAN AMALAN BIDAAH,.,.., DI ATAS HUKUM ZINA KEATAS PERBUATAN NIKAH MUTAAH ,.,. M,ALAH LEBIH KEJI DAN KOTOR DARI ZINA ,.,. WALLAHUAKLAM BISSAWAB,.,..,

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

alhamdulillah