SUBHANALLAH ,..,
MAHA SUCI ALLAH
YANG MEMPERJALANKAN HAMBA NYA PADA SEPERTIGA MALAM,..,
ALLAHUMA SOLIALA MUHAMAD,.,.
HIDUP NI JIKA KITA TAK ADA RASA CINTA PASTI ADA RASA DI CINTAI .,,. SEBAGAI MANA KITA LIHAT ANAK ANAK REMAJA KITA BERKASIH SAYANG HINGGA MELAMPAUI BATAS BATAS AGAMA KERNA INGGIN MEMBUKTIKAN RASA DAN PERASAAN MASING MAISNG ,, TUAN TUAN BILA HIDUP ADA RASA INGGIN DI KASIH ATAU BERKASIH ITU LAH TANDA DALAM QALBU JANTUNG KITA ADA NYA ALLAH ,.,.
SETIAP KALI JANTUNG KITA BERDEGUP SETIAP KALI LAH RASA ATAU PERASAAN KITA SEDANG ALLAH MEMBERI NIKMAT KASIH SAYANG NYA PADA KITA ,.,. JIKA TIDAK SUDAH PASTI ALLAH PUTUSKAN DEGUPAN JANTUNG KITA DAN KITA TAK LAGI MERASAI NIKMAT HIDUP ATAS DUNIA INI,.,.., TUAN TUAN HIDUP KITA ATAS DUNIA NI MENUMPANG KASIH SAYANG ALLAH DENGAN NIKMAT NIKMAT NYAWA YANG ALLAH BERIKAN TAMPA ADA NILAI BAGINYA,.,.., NAMUN ADA JUA INSAN YANG TAK PERNAH MERASAI NIKMAT NIKMAT INI TAPI TETAP MERASAI BAHAWA ALLAH MAHA MENYAYANGGI NYA,.,. TUAN TUAN BILA SEBUT KASIH SAYANG KITA JELAS LAH BAHAWA SETIAP MAHLUK HIDUP ATAS KASIH SAYANG ALLAH,.,. NAMUN APA YANG BEZA HANYA NILAI KASIH SAYANG DARI HAMBA KEPADA ALLAH,.,. SEBAGAI MANA KASIH SAYANG KITA PADA SESEORANG DAN BALASAN KASIH SAYANG KITA ITU BERBALAS SECARA IKLAS ATAU HANYA SEKADAR MENERIMA KASIH KITA,.,..,
DARI SINI LAH HIDUP KITA INSAN SERING KALI TERPEDAYA DENGAN NIKMAT NIKMAT YANG SEDANG KITA DAPAT DAN KITA GUNA .,,.. NAMUN KASIH ALLAH TAK PERNAH TERPUTUS PADA HAMBA NYA HANYA HAMBA HAMBA NYA YANG TAK TAHU MENILAI DAN MEMBALAS KASIH ALLAH TERHADAP TUHAN YANG MAHA BERKASIH SAYANG DAN MAHA PEMURAH,.,.,. TUAN TUAN DARI SINI SAYA BAWAKAN SEBUAH KISAH KASIH SAYANG SEORANG WALIULLAH TERHADAP TUHAN NYA,.,.., 3KISAH WALI ULLAH YANG DI RIWAYAT KAN DALAM HADIS SOHEH DAN MENJADI KEAGUNGAN DALAM BERIBADAT DAN DALAM MEMBUKTIKAN KEIKLASAN DAN KESETIAAN DALAM BERKAISH DAN MEMBALAS NIKMAT KASIH ALLAH TERHADAP MEREKA ,
3. ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz rahimahullah
2. Ar-Rabi’ bin Khutsaim rahimahullah
1. ‘Amir bin Qais rahimahullah.
Baca Selengkapnya
,.Keadaan Salafush Shalih di Malam Hari
Salafush Shalih adalah orang-orang yang berpaling dari dunia dan menggantinya (dengan akhirat) dan mereka tidak menjual perjanjian Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan harga yang sedikit. Mereka adalah orang-orang yang mengkhawatirkan kemalangan (di akhirat) dan mereka mencemaskan yang terdahulu dalam hal yang ghaib dan tersembunyi, maka hal itu akan menghalangi antara mereka dengan apa yang mereka inginkan, mereka selalu menunggu akhir ajalnya, bagaimana keadaannya, mereka itulah wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala yang shalih.
Gambaran Ibadah Para Salafush Shalih
1. ‘Amir bin Qais rahimahullah.
Dia adalah panutan, seorang wali, seorang yang zuhud dan rahib umat ini.
Mengenai dirinya, al-Hasan berkata, “‘Amir melakukan shalat di antara dua shalat ‘Isya’ (Maghrib dan ‘Isya’), kemudian pulang ke rumahnya, lalu makan roti dan tidur sejenak, kemudian bangun untuk melakukan shalat, kemudian sahur dan keluar (untuk melakukan shalat Shubuh berjama’ah).”[1]
Dia melakukan shalat hingga kedua telapak kakinya membengkak, lalu dia berkata, “Wahai orang yang selalu memerintahkan keburukan, sesungguhnya engkau diciptakan hanyalah untuk beribadah.”[2]
Istrinya pernah berkata, “Orang-orang sedang tidur sedangkan engkau tidak tidur.” Dia menjawab, “Sesungguhnya Neraka Jahannam tidak akan membiarkan aku tertidur.”[3]
Qatadah berkata, “Tatkala kematiannya menjelang, ‘Amir menangis, lalu ada yang bertanya, ‘Apa yang membuatmu menagis?’ Dia menjawab, ‘Tidaklah aku menangis karena takut akan kematian, juga bukan karena tamak atas dunia ini, akan tetapi aku menangis atas rasa haus di tengah hari dan ibadah di malam hari (karena tidak dapat melanjutkan lagi).'”[4]
2. Ar-Rabi’ bin Khutsaim rahimahullah
Dia adalah pemimpin yang menjadi panutan, seorang ahli ibadah dan salah seorang imam terkenal.
Ketika Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu melihatnya, beliau berkata, “Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). Demi Allah, seandainya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatmu, pastilah beliau akan mencintaimu.”[5]
Dia adalah seorang pendiam, selalu khusyu’, sangat memelihara pandangannya hingga sebagian orang mengira bahwa dia adalah orang buta, maka ketika pelayan wanita Ibnu Mas’ud melihatnya, dia berkata (kepada Ibnu Mas’ud), “Temanmu yang buta telah datang.” Lalu Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu tertawa (karenanya).[6]
Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin ‘Ajlan, dia berkata, “Pada suatu malam, aku pernah bermalam bersama ar-Rabi’ bin Khutsaim, lalu dia bangun untuk melakukan shalat, ketika melewati ayat ini: أَمْ حَسِبَ الَّذِيـنَ اجْتَـرَحُوا السَّيِّئَاتِ ‘Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu’ (Al-Jaatsiyah: 21), dia terdiam pada malamnya itu, hingga ketika memasuki waktu Shubuh, dia tidak melewati ayat ini ke ayat lainnya dikarenakan isak tangisnya yang semakin menjadi-jadi.”[7]
Tatkala ibundanya melihat dia sering menangis dan selalu bersungguh-sungguh serta apa yang diperbuatnya dengan dirinya, maka dia berkata kepadanya, “Wahai anakku, bisa jadi engkau akan mati terbunuh, tidakkah engkau takut jika engkau mati karena ini?” Dia menjawab, “Ya,” lalu ibundanya bertanya, “Siapakah dia hingga kami meminta kepada mereka agar mereka mau memaafkan dirimu dan membiarkan hak mereka darimu? Demi Allah, jika mereka melihat apa yang engkau temui, pastilah mereka akan mengasihanimu dan berbuat baik kepadamu.” Lalu dia menjawab, “Aku membunuh diriku sendiri.” Yang dia maksud adalah membunuhnya dengan kemaksiatan dan dosa.[8]
3. ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz rahimahullah
Dia adalah khalifah yang zuhud dan cerdas, dia adalah khalifah Bani Umayyah yang paling sengsara. Dia termasuk imam mujtahid dan termasuk dalam jajaran al-Khulafaur Rasyidin.
Istrinya, Fathimah pernah berkata, “Mughirah menceritakan kepada kami bahwa tidak ada orang yang paling banyak berpuasa dan ibadah daripada ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz dan aku tidak pernah melihat seorang pun yang paling takut kepada Rabb-nya selain dia. Setelah selesai melakukan shalat ‘Isya’, dia duduk di masjidnya, kemudian mengangkat kedua tangannya, lalu tiada henti-hentinya dia menangis hingga matanya tertidur, kemudian tidak lama kemudian dia terbangun, dan tiada henti-hentinya dia ber-do’a sambil mengangkat kedua tangannya hingga matanya tertidur. Semua ini dilakukannya sepanjang malamnya.”[9]
Makhul berkata, “Seandainya aku bersumpah, pastilah aku akan menepatinya, aku tidak pernah melihat orang yang paling zuhud dan paling takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala selain ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz.”[10]
Fathimah, istri ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz pernah menangis hingga pandangannya tertutup, lalu kedua saudaranya, yaitu Muslimah dan Hisyam, dua orang putera ‘Abdul Malik mengunjunginya, lalu keduanya bertanya, “Urusan apa yang membuatmu demikian? Apakah suaminya yang membuatmu sedih? Memang tidak ada orang seperti dirinya yang dapat membuat orang sedih, ataukah ada suatu hal keduniaan yang hilang dari dirimu? Ketahuilah, harta dan keluarga kami ada di hadapanmu.” Fathimah menjawab: “Tidak ada yang membuatku sedih dan tidak ada hal keduniaan pun yang aku sesalkan, hanya saja, demi Allah, aku pernah melihat suamiku pada suatu malam, lalu aku baru mengetahui bahwa yang membuatnya keluar menuju hal itu adalah suatu kegaduhan besar yang pernah aku lihat, sungguh hatinya itu telah menenangkan pengetahuannya.” Keduanya bertanya, “Apa yang engkau lihat darinya?” Fathimah menjawab, “Aku pernah melihatnya pada suatu malam, dia berdiri melakukan shalat, lalu tibalah dia membaca ayat ini:
يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِ. وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ
‘Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.’ [Al-Qaari’ah: 4-5]
Lalu dia menjerit, ‘Aduh alangkah buruknya.’ Kemudian dia melompat, lalu terjatuh, lalu aku melihatnya tampak lemah hingga aku mengira bahwa nyawanya akan keluar, kemudian dia tampak tenang, hingga aku mengira bahwa ajalnya telah tiba, kemudian dia mulai siuman, lalu berseru, ‘Aduh alangkah buruknya.’ Kemudian dia melompat dan berjalan mengelilingi rumah dan berkata, ‘Celakalah diriku pada hari di mana manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan gunung-gunung laksana bulu yang dihambur-hamburkan.'” Fathimah berkata, “Tiada henti-hentinya dia melakukan hal seperti di atas hingga terbit fajar, kemudian dia terjatuh seakan-akan dirinya telah meninggal dunia hingga terdengar suara adzan menandakan waktu shalat Shubuh telah tiba. Demi Allah, aku tidak lagi mengingat malamnya itu demikian hanya saja kedua mata-ku telah mengantuk dan aku tidak kuasa menolak kesedihanku.”[11]
Baca Selengkapnya :
TUAN TUAN ;;;
BILA QALBU ADA RASA DAN PERASAAN CINTA TERBALAS DAN MEMBALAS INSAN YANG MANA KERDIL DATANG CAHAYA NUR MUHAMAT DALAM JIWA MEREKA MAKAWAKTU ITU TIADA YANG DAPAT MENGHALANG SEBAGAI MANA 3KISAH WALI ULLAH DAN KISAH KISAH HIDAYAH YANG MANA SANGGUP HIDUP SEBAGAI PENGUTIP TIN AIR MABUK DARI JADI SEORANG PEMABUK,.,. SANGGUP MATI KERAS TEREJUNG KATA ORANG UTARA KERNA MENAHAN RASA UNTUK MELIHAT WANI HASNITA DAN AWIE BERKONSERT DAN MATI AKIBAT TEKANAN JANTUNG YANG KUAT TAK DAPAT MELIHAT AWIE DAN WANY HASNITA ,.,.,. ATAU SEBAGAI MANA KISAH KISAH HIDAYAH SANGGUP MATI KELAPARAN SELAMA 3HARI MENELAN AIR LIUR KERNA TAK SANGGUP MAKAN UBAT KERNA MENSYIRIKKAN ALLAH,.,. ATAU BERBAGAI LAGI KISAH HIDAYAH YANG TELAH TERUNGKAP ATAU BELUM TERUNGKAP NAMUN APA YANG PASTI BILA DATANG RASA CINTA DAN PERASAAN INGGIN BERCINTA WAKTU ITU INSAN MENJADI HAMBA KEPADA APA APA YANG DI CINTAI NYA.,,.., WALLAHUAKLAM BISSSAWAB.,,.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
alhamdulillah