Khamis, 31 Januari 2019

KISAH SAAD MASUK ISLAM DAN SYAHID DALAM PERPERAGAN.,.,

                     ALLAHUMA SALLIALA MUHAMAD HIDUP NI BILA MANA KITA SUSAH KITA TERKENA PENYAKIT ATAU SAKIT YANG TERUK BARU KITA NAK INGGAT ALLAH .,., ADA ORANG HIDUP DAH LA MISKIN MELARAT RUMAH PUN SEKADAR ADA RUMAH PAPAN TUMPANG TANAH ORANG DAH TUA BINI PUN DAH TUA TAK LARAT TAPI MALASD NAK BUAT AMAL IBADAH NAK SOLAT JAUH SEKALI WALAU ANAK DAH BESAR TAK PERNAH AJAR ANAK ANAK SOLAT ATAU MENGAJI JAUH SEKALI ADA ANAK TAK PERNAH TEGOR KEMANA PERGI SIANG MALAM TAK TAHU HALA PUNCA HIDUP SEKADAR BOLEH MAKAN ANAK ANAK BOLEH MAKAN PAKAI BELI MOTOR BURUK SEBUIJIK DUA TAPI DALAM HIDUP NYA TAK PERNAH NAK BUAT IBADAH NAK INGGAT TUHAN JAUH SEKALI NAK AJAR ANAK ANAK TENTANG HUKUM AGAMA                 
                 HORMAT MENGHORMATI ORANG TUA TUA .,.,
                               JAUH SEKALI NAK AJAR ANAK NAK TENGOR ANAK SEBAB APA ALLAHUMA SOLLIA ALA MUHAMAT SDEBAB DAH DARI TOK NENEK MOYANG DIA MACAM TU HIDUP SEKADAR BOLEH HIDUP CUKUP MATI TANAM BELAKANG MASJID SUDAH NAK HIDUP BALIK KA NAK ADA SOALAN KUBUR KA APA KA ITU BUKAN MASAALAH YANG PASTI AKU HIDUP ADA RUMAH KECIL ADA MAKAN BOLEH BELA ANAK MAKAN PAKAI CUKUP .,.,
         ALLAHUMA SOLLI ALA MUHAMAD ADA ORANG ANAK ANAK TAK PERNAH TENGOR APA TAH LAGI DIRI SENDIRI SOLAT JAUH SEKALI ANAK JAGAN HARAP LA BUAT DOSA SIANG MALAM MACAM MAKAN NASI MAKI SANA MAKI SINI TAK KENAL ORANG TUA ORANG MUDA TENGAH MALAM LEWAT MALAM LAGI SERONOK KALAW JUMPA ORANG SUSAH KACAW SANA KACAW SINI SEBAB DAH KETURUNAN MACAM TU HIDUP TAK SENANG ATAS DUNIA MATI TAK ADA LANSUNG BAWAK AMAL IBADAH .,.,
    ADA ANAK TAK AJAR AGAMA BIAR MERAYAU KACAU SANA SINI .,.,
           JADI MAT REMPIT JADI KACANG HANTU JADI HAMBA IBLIS HAMBA SYAITAN BUAT DOSA.,.,.,
               ALLAHUAMA SOLLI ALA MUHAMAD KALAW KITA HIDUP ATAS DUNIA DAH SUSAH AMAL IBADAH PULAK TAK PERNAH TERPIKIR NAK BUAT APA NAK JADI DARI TOK NENEK MOYANG HIDUP ATAS DUNIA NI SIA SIA ALLAH JADIKAN AKAL TAK PERNAH GUNA SIA SIA ALLAH JADIKAN OTAK TAK PERNAH NAK PAKAI MACAM LEMBU MACAM BINATANG SEJAK TURUN TEM URUN DAH MACAM TU APA NAK BUAT ADA ANAK PECAH RUMAH ORANG PECAH KEDAI ORANG SEBAB IKUT IBLIS .,., ALLAHUMA SOLLIALA MUHAMAD HIDUP BILA ADA AKAI TAK GUNA IKUT NAFSU IKUT IBIS MAKA SIA SIA LAH KITA BERAPA KETURUNAN SEKALI PUN MATI MACAM MATI KAFIR SENANG TAU DAH SEMBAH BERHALA SEMBAH SYAITAN .,., INI KITA JADUI LEMBU HIDUP BERANAK TAK PANDAI NAK AJAR ANAK ANAK TENTANG HUKUM HAKAM AGAMA,.,..,
             DARI SINI SAYA BAWAKAN SEBUAH KISAH YANG MANA TERJADI DI ZAMAN RASULULLAH SAW.,.,Sa’ad telah memeluk Islam, memikul tanggung jawab itu dengan keberanian dan kebesaran … Dan tatkala Rasulullah hijrah ke Madinah, maka rumah-rumah kediaman Bani Abdil Asyhal, yakni kabilah Sa’ad, pintunya terbuka lebar bagi golongan Muhajirin, begitu pula semua harta kekayaan mereka dapat dimanfa’atkan tanpa batas, pemakainya tidak perlu rendah diri dan jangan takut akan disodori bon perhitungan. Dan datanglah saat perang Badar ….Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan shahabat-shahabatnya dari golongan Muhajirin dan Anshar untuk bermusyawarah dengan mereka tentang urusan perang itu dihadapkannya wajahnya yang mulia ke arah orang-orang Anshar, seraya katanya: “Kemukakanlah buah fikiran kalian, wahai shahabat … !” Maka bangkitlah Sa’ad bin Mu’adz tak ubah bagi bendera di atas tiangnya, katanva: “Wahai Rasulullah ! Kami telah beriman kepada anda, kami percaya dan mengakui bahwa apa yang anda bawa itu adalah hal yang benar, dan telah kami berikan pula ikrar dan janji-janji kami. Maka laksanakanlah terus, ya Rasulallah apa yang anda inginkan, dan kami akan selalu bersama anda … ! Dan demi Allah yang telah mengutus anda membawa kebenaran! Seandainya anda menghadapkan kami ke lautan ini lalu anda menceburkan diri ke dalamnya, pastilah kami akan ikut mencebur, tak seorang pun yang akan mundur, dan kami tidak keberatan untuk menghadapi musuh esok pagi! Sungguh, kami tabah dalam pertempuran dan teguh menghadapi perjuangan … !

             Dan semoga Allah akan memperlihatkan kepada anda tindakan kami yang menyenangkan hati … ! Maka maulailah kita berangkat dengan berkah Allah Ta’ala… !” Kata-kata Sa’ad itu muncul tak ubah bagai berita gembira, dan wajah Rasul pun bersinar-sinar dipenuhi rasa ridla dan bangga serta bahagia, lalu katanya kepada Kaum Muslimin: “Marilah hita berangkat dan besarkan hati halian karena Allah telah menjanjihan kepadahu salah satu di antara dua golongan! … Demi Allah,… sungguh seolah-olah tampak olehhu hehancuran orang-orang itu … !” (al-Hadits) Dan di waktu perang Uhud, yakni ketika Kaum Muslimin telah cerai-berai disebabkan serangan mendadak dari tentara musyrikin, maka takkan sulit bagi penglihatan mata untuk menemukan kedudukan Sa’ad bin Mu’adz. Kedua kakinya seolah-olah telah dipakukannya ke bumi di dekat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempertahankan dan membelanya mati-matian, suatu hal yang agung, terpancar dari sikap hidupnya … Kemudian datanglah pula saat perang Khandak, yang dengan jelas membuktikan kejantanan Sa’ad dan kepahlawanannya ….Perang Khandak ini merupakan bukti nyata atas persekongkolan dan siasat licik yang dilancarkan kepada Kaum Muslimin tanpa ampun, yaitu dari orang-orang yang dalam pertentangan mereka, tidak kenal perjanjian atau keadilan. Maka tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para shahabat hidup dengan sejahtera di Madinah mengabdikan diri kepada Allah saling nasihat-menasihati agar mentaati-Nya serta mengharap agar orang-orang Quraisy menghentikan serangan dan peperangan, kiranya segolongan pemimpin Yahudi secara diam-diam pergi ke Mekah lalu menghasut orang-orang Quraisy terhadap Rasulullah sambil memberikan janji dan ikrar akan berdiri di samping Quraisy bila terjadi peperangan dengan orang-orang Islam nanti. Pendeknya mereka telah membuat perjanjian dengan orang-orang musyrik itu, dan bersama-sama telah mengatur rencana dan siasat peperangan. Di samping itu dalam perjalanan pulang mereka ke Madinah, mereka berhasil pula menghasut suatu suku terbesar di antara suku-suku Arab yaitu kabilah Gathfan dan mencapai persetujuan untuk menggabungkan diri dengan tentara Quraisy.Siasat peperangan telah diatur dan tugas serta peranan telah dibagi-bagi. Quraisy dan Gathfan akan menyerang Madinah dengan tentara besar, sementara orang-orang Yahudi, di waktu Kaum Muslimin mendapat serangan secara mendadak itu, akan melakukan penghancuran di dalam kota dan sekelilingnya!Maka tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui permufakatan jahat ini, beliau mengambil langkah-langkah pengamanan. Dititahkannyalah menggali khandak atau parit perlindungan sekeliling Madinah untuk membendung seubuan musuh. Di samping itu diutusnya pula Sa’ad bin Mu’adz dan Sa’ad bin Ubadah kepada Ka’ab bin Asad pemimpin Yahudi suku Quraidha untuk menyelidiki sikap mereka yang sesungguhnya terhadap orang yang akan datang, walaupun antara mereka dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebenamya sudah ada beberapa perjanjian dan persetujuan damai. Dan alangkah terkejutnya kedua utusan Nabi, karena ketika bertemu dengan pemimpin Bani Quraidha itu, jawabnya ialah: -”Tak ada persetujuan atau perjanjian antara Kami dengan Muhammad… ! ”Menghadapkan penduduk Madinah kepada pertempuran sengit dan pengepungan ketat ini, terasa amat beuat bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. OLeh sebab itulah beliau memikirkan sesuatu siasat untuk memisahkan suku Gathfan dari Quraisy, hingga musuh yang akan menyerang, bilangan dan kekuatan mereka akan tinggal separoh. Siasat itu segera beliau laksanakan yaitu dengan mengadakan perundingan dengan para pemimpin Gathfan dan menawarkan agar mereka mengundurkan diri dari peperangan dengan imbalan akan beroleh sepertiga dari hasil pertanian Madinah. Tawaran itu disetujui oleh pemimpin Gathfan, dan tinggal lagi mencatat persetujuan itu hitam di atas putih …. Sewaktu usaha Nabi sampai sejauh ini, beliau tertegun, karena menyadari tiadaiah sewajarnya ia memutuskan sendiri masalah tersebut. Maka dipanggilnyalah para shahabatnya untuk merundingkannya. Terutama Sa’ad bin Mu’adz dan Sa’ad bin Ubadah, buah fikiran mereka amat diperhatikannya, karena kedua mereka adalah pemuka Madinah, dan yang pertama kali berhak untuk membicarakan seal tersebut dan memilih langkah mana yang akan diambil Rasulullah menceritakan kepada kedua mereka peristiwa perundingan yang berlangsung antaranya dengan pemimpin-pemimpin Gathfan. Tak lupa ia menyatakan bahwa langkah itu diambilnya ialah karena ingin menghindarkan kota dan penduduk Madinah dari serangan dan pengepungan dahsyat. Kedua pemimpin itu tampil mengajukan pertanyaan: “Wahai Rasulullah, apakah ini pendapat anda sendiri, ataukah wahyu yang dititahkan Allah … ?”

            Ujar Rasulullah: “Bukan, tetapi ia adalah pendapatku yang kurasa baik untuk tuan-tuan! Demi Allah, saya tidak hendak melakukannya kecuali karena melihat orang-orang Arab hendak memanah tuan-tuan secara serentak dan mendesak tuan-tuan dari segenap jurusan. Maka saya bermaksud hendak membatasi kejahatan mereka sekecil mungkin.. !” Sa’ad bin Mu’adz merasa bahwa nilai mereka sebagai laki-laki dan orang-orang beriman, mendapat ujian betapa juga coraknya. Maka katanya: ‘Wahai Rasulullah! Dahulu kami dan orang-orang itu berada dalam kemusyrikan dan pemujaan berhala, tiada mengabdikan diri pada Allah dan tidak kenal kepada-Nya, sedang mereka tak mengharapkan akan dapat makan sehutir kurma pun dari hasil bumi kami kecuali bila disuguhkan atau dengan cara jual beli …. Sekarang, apakah setelah kami beroleh kehormatan dari Allah dengan memeluk Islam dan mendapat bimbingan untuk menerimanya, dan setelah kami dimuliakan-Nya dengan anda dan dengan Agama itu, lain kami harus menyerahkan harta kekayaan kami …? Demi Allah, kami tidak memerlukan itu, dan demi Allah, kami tak hendak memberi kepada mereka kecuali pedang … hingga Allah menjatuhkan putusan-Nya dalam mengadili kami dengan mereka… !” Tanpa bertangguh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merubah pendiriannya dan menyampaikan kepada para pemimpin suku Gathfan bahwa sahabat-sahabatnya menolak rencana perundingan, dan bahwa beliau menyetujui dan berpegang kepada putusan shahabatnya. Berselang beberapa hari, kota Madinah mengalami pengepungan ketat. Sebenarnya pengepungan itu lebih merupakan pilihannya sendiri daripada dipaksa orang, disebabkan adanya parit yang digali sekelilingnya untuk menjadi benteng perlindungan bagi dirinya. Kaum Muslimin pun memasuki suasana perang. Dan Sa’ad bin Mu’adz keluar membawa pedang dan tombaknya sambil berpantun: “Berhentilah sejenak, nantikan berkecamuknya perang Maut berkejaran menyambut ajal datang menjelang … !” Dalam salah satu perjalanan kelilingnya nadi lengannya disambar anak panah yang dilepaskan oleh salah seorang musyrik. Darah menyembur dari pembuluhnya dan segera ia dirawat secara darurat untuk menghentikan keluamya darah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh membawanya ke mesjid, dan agar didirikan kemah untuknya agar ia berada di dekatnya selama perawatan. Sa’ad, tokoh muda mereka itu dibawa oleh Kaum Muslimin ke tempatnya di mesjid Rasul. Ia menunjukkan pandangan matanya ke arah langit, lain mohonnya: “Ya Allah, jika dari peperangan dengan Quuaisy ini masih ada yang Engkau sisakan, maka panjangkanlah umurku untuk menghadapinya! Karena tak ada golongan yang diinginkan untuk menghadapi mereka daripada kaum yang telah menganiaya Rasul-Mu,telah mendustakan dan mengusirnya… ! Dan seandainya Engkau telah mengakhiri perang antara kami dengan mereka, jadikanlah kiranya musibah yang telah menimpa diriku sekarang ini sebagai jalan untuk menemui syahid … ! Dan janganlah aku dimatikan sebelum tercapainya yang memuaskan hatiku dengan Bani Quraidha … !” Allah-lah yang menjadi pembimbingmu, wahai Sa’ad bin Mu’adz … ! Karena siapakah yang mampu mengeluarkan ucapan seperti itu dalam suasana demikian, selain dirimu …? Dan permohonannya dikabulkan oleh Allah. Luka yang dideritanya menjadi penyebab yang mengantarkannya ke pintu syahid, karena sebulan setelah itu, akibat luka tersebut ia kembali menemui Tuhannya. Tetapi peristiwa itu terjadi setelah hatinya terobatil terhadap Bani Quraidha. Kisahnya ialah setelah orang-orang Quraisy merasa putus asa untuk dapat menyerbu kota Madinah dan ke dalam barisan mereka menyelinap rasa gelisah, maka mereka sama mengemasi barang perlengkapan dan alat senjata, lalu kembali ke Mekah dengan hampa tangan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpendapat, mendiamkan perbuatan orang-orang Quraidha, berarti membuka kesempatan bagi kecurangan dan pengkhianatan mereka terhadap kota Madinah bilamana saja mereka menghendaki, suatu hal yang tak dapat dibiarkan berlalu! Oleh sebab itulah beliau mengerahkan shahabat-shahabatnya kepada Bani Quraidha itu. Mereka mengepung orang-orang Yahudi itu selama 25 hari. Dan tatkala dilihat oleh Bani Quraidha bahwa mereka tak dapat melepaskan diri dari Kaum Muslimin, mereka pun menyerahlah dan mengajukan permohonan kepada Rasulullah yang beroleh jawaban bahwa nasib mereka akan tergantung kepada putusan Sa’ad bin Mu’adz. Di masa jahiliyah dahulu, Sa’ad adalah sekutu Bani Quraidha. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim beberapa shahabat untuk membawa Saad bin Mu’adz dari kemah perawatannya di mesjid. Ia dinaikkan ke atas kendaraan, sementara badannya kelihatan lemah dan menderita sakit. Kata Rasulullah kepadanya: “Wahai Sa’ad! Berilah keputusanmu terhadap Bani Quraidha … !” Dalam fikiran Sa’ad terbayang kembali kecurangan Bani Quraidha yang berakhir dengan perang Khandak dan nyaris menghancurkan kota Madinah serta penduduknya. Maka ujar Sa’ad: — “Menurut pertimbanganku, orang-orang yang ikut berperang di antara mereka hendaklah dihukum bunuh. Perempuan dan anak mereka diambil jadi tawanan, sedang harta kekayaan mereka dibagi-bagi … !” Demikianlah, sebelum meninggal, hati Sa’ad telah terobat terhadap Bani Quraidha. Luka yang diderita Sa’ad setiap hari bahkan setiap jam kian bertambah parah ….

              Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menjenguknya. Kiranya didapatinya ia dalam saat terakhir dari hayatnya. Maka Rasulullah meraih kepalanya dan menaruhnya di atas pangkuannya, lain berdu’a kepada Allah, katanya: “Ya Allah, Sa’ad telah berjihad di jalan-mu ia telah membenarkan Rasul-Mu dan telah memenuhi kewajibannya. Maka terimalah ruhnya dengan sebaik-baiknya cara Engkau menerima ruh… !” Kata-kata yang dipanjatkan Nabi itu rupanya telah memberikan kesejukan dan perasaan tenteram kepada ruh yang hendak pergi. Dengan susah payah dicobanya membuka kedua matanya dengan harapan kiranya wajah Rasulullah adalah yang terakhir dilihatnya selagi hidup ini, katanya: “Salam atasmu, wahai Rasulullah… ! Ketahuilah bahwa aku mengakui bahwa anda adalah Rasulullah!” Rasulullah pun memandangi wajah Sa’ad lalu katanya: “Kebahaggaan bagimu wahai Abu Amr … !” Berkata Abu Sa’id al-Khudri: — “Saya adalah salah seorang yang menggali makam untuk Sa’ad · … Dan setiap kami menggali satu lapisan tanah, tercium oleh kami wangi kesturi, hingga sampai ke liang lahat”. Musibah dengan kematian Sa’ad yang menimpa Kaum Muslimin terasa berat sekali. Tetapi hiburan mereka juga tinggi nilainya, karena mereka dengar Rasul mereka yang mulia bersabda: “Sungguh, ‘Arasy Tuhan Yang Rahman bergetar dengan berpulangnya Sa’ad bin Mu’adz … !


     KISAH DEMI KISAH SAYA BAWAKAN BUKAN UNTUK DI KETAHUI JALAN CERITANYA TAPI CUKUP LAH KITA AMBIL PENGAJARAN BAGI YANG MASIH TAK PERNAH NAK SOLAT DALAM KELUARGA MASIH LAGI TAK PERNAH ANAK AJAR AGAMA AJAR MENGAJI PADA ANAK ANAK YANG TAHU HANYA HIDUP CUKUP SEKADAR HARI INI DAN MATI ADA KETURUNAN YANG LAIN GANTI SEBAGAI MANA LEMBU PAGI BAJAK SAWAH PETANG PULANG BAWA JERAMI BUAT MAKAN SEKANDANG LEMBU JANTAN BETINA ANAK LEMBU ., APA PUN TAK TAHU TENTANG AKIRAT TAK PERNAH AMBIK TAHU.,., WALLAHUAKLAM.,.,

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

alhamdulillah